Purworejo, annawawiberjan.id – (5/10/2025) — K.H. Achmad Chalwani mengungkapkan pentingnya memperingati haul orang saleh, termasuk haul Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dalam rangkaian peringatan Haul Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan Sewelasan Thariqah Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah pada Ahad, di halaman Gedung Pendidikan Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, Jawa Tengah.
Haul Syekh Abdul Qadir itu penting, sebab Beliau termasuk orang saleh. Tutur Kiai Chalwani.
Kiai sekaligus Rais Ali JATMAN turut menjelaskan tentang makna orang saleh.
“Orang saleh itu seperti apa? Definisi orang saleh:
الصَّالِحُ هُوَ الْقَائِمُ بِحُقُوْقِ اللهِ وَ حُقُوْقِ عِبَادِهِ
“Orang saleh adalah orang yang dapat melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan melaksanakan kewajibannya kepada sesama makhluk.”
Kewajibannya kepada Allah dijalankan dan kewajibannya kepada sesama manusia juga dijalankan. Kewajiban kepada Allah contohnya salat. Kewajiban kepada sesama manusia contohnya membayar pajak. Jelas Kiai Chalwani.
Kiai Chalwani juga menaukidi bahwa mengingat orang saleh dapat menjadi lantaran diturunkannya rahmat. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِذَا ذُكِرَ الصَّالِحُ نَزَلَتِ الرَّحْمَة
“Ketika orang saleh disebut namanya, dibaca sejarahnya, dibaca manaqibnya, (maka) turunlah belas kasih Allah Swt.”
Lebih lanjut, Kiai Chalwani menganjurkan bahwa cara menggapai rahmat Allah Swt. adalah dengan senantiasa membaca shalawat dan maulid Al-Barzanji.
Kita semua sepakat ingin dicintai Allah Swt. Ikhtiarnya harus sering menyebut nama orang saleh. Orang yang paling saleh siapa? Kanjeng Nabi Muhammad ﷺ. Maka sering-seringlah menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ. Caranya, membaca shalawat. Caranya, sering berzanjinan. Ungkap Kiai Chalwani dalam tausiyahnya.
Kiai yang sering berdakwah di penjuru Indonesia bahkan mancanegara ini juga tak pernah absen menyertakan humor ringan dalam membawakan tausiahnya, yang secara tidak langsung mengisyaratkan keramahan dan kedekatannya dengan para jamaah.
Tadi sudah menyebut nama Nabi Muhammad ﷺ belum? Sudah. Sudah membaca manaqib juga ‘kan? Sudah. Sudah membaca manaqib dan shalawat. Sudah dapat makanan (snack) belum? Sudah. Adapun mendapatkan makanan itu ‘kan tambahan. Mudeng nopo mboten? Ucap Kiai Chalwani ramah.
Adapun M. Mahdi Haikal selaku Ketua Penyelenggara menyebutkan bahwa kegiatan ini dibuka dengan pembacaan Surah Al-Waqi’ah Fadhilah, khataman khuwajikan, pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir, sambutan Ikhwan Thariqah, dan Mau’idhotul Hasanah beserta doa penutup oleh pengasuh.
Untuk kegiatan pada hari ini dibuka dengan pembacaan surat Al-Waqiah Fadilah yang dulu pernah diijazahkan oleh Sayyid Fadhil Al-Jailani, terus juga ada khataman khuwajikan, pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir, sambutan Ikhwan Thariqah atau dari perwakilan Badal, dilanjutkan Mau’idhotul Hasanah dan doa penutup yang dibawakan langsung oleh Romo K.H. Achmad Chalwani Nawawi Al-Qodiri As-Somadani. Ucap Haikal.
Mengenai rangkaian kegiatan penunjang, Haikal menjelaskan bahwa pihaknya menyiapkan berbagai perlengkapan, berkoordinasi dengan keamanan dan konsumsi, serta melibatkan seluruh santri dalam persiapan acara.
Seperti pada umumnya, kami dari pondok pesantren menyiapkan seluruh rangkaian dengan salah satunya yaitu persiapan perlengkapan ataupun terkait dengan koordinasi dengan keamanan, kemudian terkait konsumsi, kami juga melibatkan seluruh santri untuk saling bergotong-royong dalam menyukseskan acara Haul Syekh Abdul Qadir tersebut. Tuturnya.
Haikal juga mengatakan tamu undangan yang hadir mencapai sekitar 7.000 orang, belum termasuk santri.
Kalau dilihat dari data konsumsi tamu yang hadir kemudian dahar atau makan di ndalem Al-Mukarrom itu sekitar 3500-an, itu belum dengan jamaah yang tidak dahar di sana. Ketika kami menghitung tadi, karena saking banyaknya tamu di area haflah pengajian, itu terdapat sekitar 7000 undangan dan yang di luar haflah juga banyak. Alhamdulillah. Itu pun belum termasuk santri. Sebut pria sekaligus Wakil Kepala II Pondok Pesantren An-Nawawi Putra Berjan itu.
Haikal berharap tradisi Haul Syekh Abdul Qadir dan Sewelasan ini terus berlanjut sebagai syiar yang memberikan panduan hidup dan membuka kesempatan bagi santri untuk tabarrukan (mencari berkah) melalui kerja sama dan gotong royong.
Kami berharap tradisi ini terus berlangsung hingga masa mendatang agar umat Muslim di Indonesia maupun dunia menyadari pentingnya melestarikan tradisi lama yang baik. Karena, selain memberikan pengetahuan dan panduan hidup di dunia, acara ini sekaligus memberi akses kepada santri untuk bertabarrukan dalam bentuk kerja sama dan gotong royong dalam menyukseskan acara tersebut. Pungkas Haikal.

Comment